Senin, 30 Mei 2011

Barcelona Tim Terkuat Abad Ini

Monday, 30 May 2011 ImagePara pemain Barcelona ikut dalam parade kemenangan menuju Stadion Camp Nou, Barcelona, seusai menjuarai Liga Champions dengan mengalahkan Manchester United pada laga final di Stadion Wembley, London. Parade kemenangan ini dihadiri puluhan ribu warga kota Barcelona.

LONDON– Sulit mencari tandingan bagi Barcelona saat ini. Superioritasnya tiga tahun terakhir memunculkan banyak pandangan, inilah tim terkuat abad ini. Skuad asuhan Josep ‘Pep’ Guardiola sukses melumat raksasa Inggris, Manchester United (MU), pada partai puncak Liga Champions di Stadion Wembley, London, dini hari kemarin.

Sukses ini menambah perolehan gelar Liga Champions bagi Barcelona menjadi empat kali. Dua di antaranya didapat dalam tiga tahun terakhir. Guardiola total sudah menyumbang 10 trofi dalam tiga musim di Camp Nou sebagai pelatih. Pada tahun pertamanya, Guardiola menyetor enam trofi ke almari museum klub! Tetapi, yang membuat Barcelona dominan bukan cuma soal trofi.

 Cara main mereka menghibur dan menghipnotis seringkali menimbulkan decak kagum. Dalam sebuah laga, rata-rata penguasaan bola bagi tim pemenang adalah 60% atau maksimal 65%.Tetapi, di Liga Champions,liga para juara,Barcelona punya rata-rata penguasaan bola sebanyak 72%.

Pada laga final lawan MU, penguasaan bola pemain Barcelona mencapai 69%. Gaya permainan Barcelona memang brilian. Sentuhan satu-dua menasbihkan El Azulgrana–– julukan Barcelona–– sebagai tim terkuat Eropa. Dianugerahi pemain-pemain berbakat dunia pada diri Lionel Messi,Xavi Hernandez,dan Andres Iniesta memungkinkan El Barca memainkan strategi kontrol, umpan, gerak-kontrol, umpan, gerak.

Orang Spanyol menyebutnya tiki-taka. Data statistik ini sudah cukup untuk menggambarkan kekuatan El Barca. Pada laga final, jumlah umpan antarpemain Barcelona mencapai 777, lebih dua kali lipat jumlah umpan pemain MU sebanyak 357. Jumlah umpan tertinggi dilepaskan oleh Xavi Hernandez, 148 kali. Dia hanya meleset tujuh kali sehingga persentase ketepatan umpannya mencapai 95%.

Sementara jumlah umpan antara Xavi dan Andres Iniesta mencapai 60 kali. Ini jumlah umpan terbanyak antara dua pemain di lapangan. Bandingkan dengan jum-lah umpan terbanyak di kubu MU, Rio Ferdinand dengan Nemanja Vidic,yang mencapai 16 kali. Sebenarnya apa yang diperbuat Guardiola sehingga mampu menempatkan Barcelona sebegitu mengerikan dalam tiga periode terakhir.

Kedisiplinan dan mau bekerja keras adalah contoh kecil sehingga pelatih yang juga mantan pemain Barcelona ini begitu disegani anak-anak asuhnya. Lebih penting, semua kepemimpinan Guardiola di pinggir lapangan diimbangi dengan talenta-talenta dunia skuad asuhannya. Masa berkumpul anak-anak Blaugrana juga sudah cukup lama sehingga mereka mengenal satu sama lain.

Filosofi mengangkat talenta berbakat penemuan klub tampak pada starting line uplaga final di mana tujuh di antaranya alumni La Masia (Akademi Sepak Bola Barcelona). ”Kalau Anda memainkan sepak bola ini (seperti Barcelona), Anda membutuhkan pemain-pemain seperti ini. Di klub lain,mungkin saya akan punya masalah, untuk dapat menemukan pemain-pemain seperti ini.

Saya merasa sangat terhormat punya pemain-pemain ini. Setiap orang telah bekerja sangat keras di sini.Tapi, saya harus melihat kepada diri sendiri.Saya senang bisa di sini sebagai pelatih mereka walau memang ini bukan pekerjaan yang mudah,”ungkap Guardiola. Apa yang dilakukan Barcelona dalam beberapa tahun ini membuat orang membandingkan dengan tim-tim besar lain yang pernah lahir di planet bumi.

Di antaranya Real Madrid saat masih diperkuat legendaris Alfredo di Stefano pada 1954–1961. Madrid keluar sebagai sebuah tim yang begitu ditakuti. Masa itu menjadi masa paling emas klub ibu kota Spanyol tersebut. Walau ditukangi pelatih yang berbeda-beda,Madrid memiliki pasukan-pasukan yang hampir sama saat menggenggam trofi Liga Champions lima kali berturut-turut, 1956, 1957, 1958, 1959, dan 1960.

Itulah periode kejayaan El Merengues. Catatan mengkilap para punggawa Madrid tempo dulu di kompetisi terelite Benua Biru berhasil dilengkapi para penerusnya menjadi sembilan gelar pada 1966,1998,2000,dan 2002. Selain sejarah fantastis yang dibukukan Madrid di Liga Champions, salah satu tim raksasa Italia,AC Milan, juga pernah punya tim berjuluk Tim Impian.

Saat I Rossoneri––julukan Milan––masih ditukangi juru taktik handal sekelas Arrigo Sacchi, tim berkostum merah hitam ini sempat membuat catatan luar biasa dengan meraih trofi Liga Champions (saat itu masih bernama Piala Champions) pada 1989 dan 1990. Saat itu Milan dilimpahi telenta-talenta brilian pada diri Ruud Gullit, Marco van Basten, dan Frank Rijkaard yang dikenal dengan sebutan trio Belanda.

Di tambah pemain Italia seperti Paolo Maldini dan Franco Baresi. Masa-masa Sacchi bisa dibilang sebagai masa gemilang Milan. Klub asal kota mode ini berhasil mempertahankan gelar kompetisi terelite Benua Biru dalam dua musim berturutturut.

Tak hanya gelar Liga Champions yang berhasil diberikan trio asal Negeri Kincir Angin ini untuk I Rossoneri karena dalam periode itu, Milan juga merengkuh gelar Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental. Guardiola rupanya memilih untuk merendah saat ditanya apakah tim yang diasuhnya kini adalah yang terbaik di dunia.

”Saya tidak tahu.Saya tidak menyaksikan Ajax pada era (Johan Cruyff), saya tidak melihat Real Madrid pada era (Alfredo) di Stefano,saya tidak melihat Santos pada era Pele. Tetapi,jika dalam 10 sampai 15 tahun lagi, orang masih mengingat gaya main kami, sudah cukup membuat kami bahagia,” kata pria yang menyumbang 15 trofi sewaktu masih menjadi pemain Barcelona itu.

Pujian sebagai yang terbaik justru muncul dari Sir Alex Ferguson, pelatih Manchester United, yang dikalahkan Barcelona pada laga final. ”Kami kalah oleh tim terbaik. Saya berharap melakukan yang terbaik, tetapi mereka adalah tim terbaik yang pernah kami hadapi,”kata Ferguson. decky irawan jasri 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar