Senin, 30 Mei 2011

Bom Mengecil Setelah Didanai Dalam Negeri

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat terorisme, Wawan Purwanto, menengarai aksi teror bom kini dibiayai donatur dalam negeri. Setelah Usamah bin Ladin tewas, aliran dana dari luar negeri semakin seret. Walhasil, aksi teror bom terus mengecil. "Bomnya kecil-kecil, menyesuaikan kondisi keuangan," kata Wawan dalam diskusi Kaukus Muda Indonesia bertajuk "Membongkar Terorisme di Indonesia" di Hotel Maharaja, Senin, 23 Mei 2011.

Wawan memberi contoh bom buku di Jakarta. Menurut dia, bom itu cuma perlu dana Rp 300 ribu untuk mendapatkan bahan-bahan dan merakitnya. Begitu pula bom di Mapolres Cirebon. "Sejuta rupiah saja cukup," kata Wawan.

Mantan Mantiqi III Negara Islam Indonesia (NII) Nasir Abbas mengatakan Usamah dulu memang menyumbang banyak untuk kelompok teroris di mana-mana, termasuk Indonesia. Hambali, pelaku Bom Bali II, disebutnya sebagai orang yang berhubungan dengan Usamah untuk membawa uang itu masuk ke Indonesia.

Nasir menguraikan, teroris Indonesia kini kebanyakan mengikuti paham taqfiriyah alias pengkafiran terhadap musuhnya. "Kalau orang sudah kafir, halal darah dan hartanya, termasuk pemerintah dan polisi," kata Nasir Abbas.

Para pengebom belakangan ini bukan lagi orang yang mendapat pendidikan formal di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan seperti Nasir, Mukhlas, dan Hambali. Misalnya, Pepi dan kawan-kawannya yang menjadi dalang di balik bom buku dan bom pipa dekat Gereja Christ Cathedral. "Mereka tidak terorganisir dengan baik. Yang penting sudah berbuat," kata Wawan. "Bomnya, meskipun meledak, tapi tidak rapi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar